Pages

Blogger Themes

Kamis, 06 Juni 2013

TUGAS MICROTEACHING (8 KETERAMPILAN MENGAJAR DAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN)

8 KETERAMPILAN MENGAJAR,
MODEL PEMBELAJARAN DAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN

Sebelum kita beranjak ke 8 keterampilan mengajar, model pembelajaran dan pendekatan pembelaajarannya. Kita perlu sedikit mengulas tentang apa itu mengajar dan pembelajran itu sendiri
Mengajar adalah menyampaikan pengetahuan kepada siswa didik atau murid disekolah. mewariskan kebudayaan kepada generasi muda melalui lembaga pendidikan sekolah. Usaha mengorganisasi lingkungan sehingga menciptakan kondisi belajar bagi siswa. Kegiatan untuk mempersiapkan siswa untuk menjadi warga negara yang baik sesuai dengan tuntutan masyarakat. Suatu proses membantu siswa menghadapi kehidupan masyarakat sehari-hari.
Pembelajran merupakan suatu proses kompleks , melibatkan berbagai aspek yang saling berpengaruh. Akan tetapi proses pembelajaran secara formal di sekolah , gurulah pemegang proporsi paling dominasi dalam upaya meraih keberhasilan pembelajaran secara maksimum.
Setelah mengetahui apa itu mengajar dan pembelajaran maka kita akan beranjak ke pembahasan 8 keterampilan mengajar, model pembelajaran dan pendekatan dalam pembelajaran.
A. 8 KETERAMPILAN MENGAJAR
Keterampilan dasar mengajar ini adalah merupakan panduan pengajaran mikro dengan menggunakan perangkat Sydney Micro Skills (1973).
Keterampilan Dasar Mengajar ini adalah :
1. Keterampilan Bertanya
2. Keterampilan Memberi Penguatan
3. Keterampilan Mengadakan variasi
4. Keterampilan Menjelaskan
5. Keterampilan Membuka dan Menutup Pelajaran
6. Keterampilan Memimpin Diskusi Kelompok Kecil
7. Keterampilan Mengelola Kelas
8. Keterampilan Mengajar Kelompok Kecil dan Perorangan
1) Keterampilan Bertanya
Dalam proses belajar mengajar yang dilaksanakan oleh seorang guru tidaklah lepas dari guru memberikan pertanyaan dan murid memberikan jawaban yang diajukan.Pada kenyataannya di lapangan banyak para guru yang tidak menguasai teknik-teknik dalam memberikan pertanyaan kepada siswa sehingga banyak pertanyaan tersebut hanya bersifat knowledge saja artinya kebanyakan hanya mengandalkan ingatan.Pengertian dan Rasional keterampilan bertanya bertujuan untuk memperoleh informasi untuk memperoleh pengetahuan dan meningkatkan kemampuan berfikir. Pertanyaan yang diberikan bisa bersifat suruhan maupun kalimat yang menuntut respon siswa.
Tujuan-tujuan dalam memberikan pertanyaan tersebut adalah:
1. Membangkitkan minat dan rasa ingin tahu siswa terhadap suatu pokok bahasan.
2. Memusatkan perhatian siswa terhadap suatu pokok bahasan atau konsep.
3. Mendiagnosis kesulitan-kesulitan khusus yang menghambat siswa belajar.
4. Mengembangkan cara belajar siswa aktif.
5. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengasimilasikan informasi.
6. Mendorong siswa mengemukakannya dalam bidang diskusi.
7. Menguji dan mengukur hasil belajar siswa.
8. Untuk mengetahui keberhasilan guru dalam mengajar.
Komponen-komponennya yaitu:
1) Pengungkapan pertanyaan secara jelas
2) Pemberian Acuan
3) Pemusatan
4) Pemindahan Giliran
5) Penyebaran
6) Pemberian waktu berfikir
7) Pemberian Tuntunan
2) Keterampilan Memberi Penguatan
Penguatan adalah suatu respon terhadap suatu tingkah laku dan penampilan siswa. Penguatan adalah suatu respons terhadap suatu tingkah laku siswa yang dapat menimbulkan kemungkinan berulangnya kembali tingkah laku tersebut.
Komponen-komponen dalam keterampilan memberi penguatan adalah:
1) Penguatan Verbal; penguatan ini dapat dinyatakan dalam 2 bentuk yaitu kata atau kalimat.
2) Penguatan Non Verbal; bisa berupa mimik atau gerakan badan, mendekati, memberi sentuhan atau memberi kegiatan yang menyenangkan, berupa symbol atau benda maupun penguatan tak penuh sepert “yah, jawabanmu sudah baik tetapi masih perlu disempurnakan”
3) Keterampilan Mengadakan Variasi
Variasi dalam kegiatan belajar mengajar dimaksud sebagai proses perubahan dalam pengajaran yang dikelompokkan dalam tiga kelompok yaitu; variasi dalam gaya mengajar, variasi dalam menggunakan alat dan media pembelajaran dan variasi dalam pola interaksi dalam kelas.
Komponennya adalah:
a. Variasi dalam Gaya Mengajar:
1) Penggunaan variasi suara
2) Pemusatan perhatian
3) Kesenyapan
4) Mengadakan kontak pandang
5) Gerakan badan dan mimic
6) Pergantian posisi guru dalam kelas
b. Penggunaan Media dan Bahan Pelajaran
1) Variasi alat/ bahan yang dapat dilihat
2) Variasi alat yang dapat didengar
3) Variasi alat yang dapat diraba dan dimanipulasi
c. Variasi Pola Interaksi dan Kegiatan Siswa
4) Keterampilan Menjelaskan
Menjelaskan adalah penyajian informasi secara lisan yang diorganisasikan secara sistematik yang bertujuan untuk menunjukkan hubungan, antara sebab akibat, yang diketahui dan yang belum diketahui.
Komponen-komponen Keterampilan Menjelaskan
a. Merencanakan:
1) Isi pesan (materi)
2) Penerima pesan (siswa)
b. Menyajikan suatu penjelasan
1) Kejelasan
2) Penggunaan contoh dan ilustrasi
3) Pemberian tekanan
4) Balikan
5) Keterampilan Membuka dan Menutup Pelajaran
            Yang dimaksud dengan keterampilan membuka pelajaran adalah kegiatan yang dilakukan oleh guru untuk menciptakan situasi siap mental dan menimbulkan siswa agar terpusat perhatian pada apa yang dipelajari.Yang dimaksud dengan menutup pelajaran adalah kegiatan yang dilakukan oleh guru untuk memberikan gambaran menyeluruh tentang apa yang telah dipelajari siswa.
a. Komponen Membuka
1) Menarik perhatian siswa
2) Menimbulkan motivasi
3) Memberikan acuan
4) Membuat kaitan
b. Komponen Menutup
1) Meninjau kembali
2) Mengevaluasi
6) Keterampilan Memimpin Diskusi Kelompok Kecil
Diskusi kelompok adalah merupakah salah satu strategi yang memungkinkan siswa menguasai suatu konsep atau memecahkan suatu masalah melalui suatu proses yang memberi kesempatan berfikir, berinteraksi sosial serta berlatih bersikap positif.
Komponen Keterampilan:
1) Memusatkan perhatian
2) Memperjelas masalah atau urunan pendapat
3) Menganalisa pandangan siswa
4) Meningkatkan urunan siswa
5) Menyebarkan kesempatan berpartisipasi
6) Menutup diskusi
7) Keterampilan Mengelola Kelas
Mengelola kelas adalah keterampilan guru untuk menciptakan dan memelihara kondisi belajar yang optimal dan keterampilan untuk mengembalikan pada kondisi belajar yang optimal.
a. Keterampilan yang berhubungan dengan penciptaan dan pemeliharaan kondisi belajar yang optimal Meliputi:
1) Menunjukkan sikap tanggap
2) Membagi perhatian
3) Memusatkan perhatian kelompok
4) Memberikan petunjuk-petunjuk yang jelas
5) Menegur
6) Memberi penguatan
b. Keterampilan yang berhubungan dengan pengembalian kondisi belajar yang optimal meliputi:
1) Modifikasi tingkah laku
2) Pengelolaan kelompok
3) Menemukan dan memecahkan tingkah laku yang menimbulkan masalah
8) Keterampilan Mengajar Kelompok Kecil dan Perorangan
Terjadinya hubungan interpersonal yang sehat dan akrab dapat terjadi antara guru-siswa, maupun antara siswa dan siswa, baik dalam kelompok kecil maupun perorangan.
Komponen Keterampilan:
1) Keterampilan untuk mengadakan pendekatan secara pribadi
2) Keterampilan Mengorganisasikan
3) Keterampilan Membimbing dan memudahkan belajar siswa
4) Keterampilan merencanakan dan melaksanakan kegiatan belajar mengajar
B. MACAM – MACAM PENDEKATAN PEMBELAJARAN
Ada beberapa macam pendekatan pembelajaran yang digunakan pada kegiatan belajar mengajar, antara lain
1.      Pendekatan Kontekstual
Pendekatan konstekstual berlatar belakang bahwa siswa belajar lebih bermakna dengan melalui kegiatan mengalami sendiri dalam lingkungan alamiah, tidak hanya sekedar mengetahui, mengingat, dan memahami. Pembelajaran tidak hanya berorientasi target penguasaan materi, yang akan gagal dalam membekali siswa untuk memecahkan masalah dalam kehidupannya. Dengan demikian proses pembelajaran lebih diutamakan daripada hasil belajar, sehingga guru dituntut untuk merencanakan strategi pembelajaran yang variatif dengan prinsip membelajarkan – memberdayakan siswa, bukan mengajar siswa
Dalam kelas kontekstual, tugas guru adalah membantu siswa dalam mencapai tujuannya. Guru lebih banyak berurusan dengan strategi daripada memberi informasi.Guru bertugas mengelola kelas sebagai sebuah tim yang bekerja bersama untuk merumuskan, menemukan sesuatu yang baru bagi kelas yang dapat berupa pengetahuan, keterampilan dari hasil “menemukan sendiri” dan bukan dari “apa kata guru.
Penggunaan pembelajaran kontekstual memiliki potensi tidak hanya untuk mengembangkan ranah pengetahuan dan keterampilan proses, tetapi juga untuk mengembangkan sikap, nilai, serta kreativitas siswa dalam memecahkan masalah yang terkait dengan kehidupan mereka sehari-hari melalui interaksi dengan sesama teman, misalnya melalui pembelajaran kooperatif, sehingga juga mengembangkan ketrampilan sosial (social skills) (Dirjen Dikmenum, 2002:6). Lebih lanjut Schaible, Klopher, dan Raghven, dalam Joyce-Well (2000:172) menyatakan bahwa pendekatan kontekstual melibatkan siswa dalam masalah yang sebenarnya dalam penelitian dengan menghadapkan anak didik pada bidang penelitian, membantu mereka mengidentifikasi masalah yang konseptual atau metodologis dalam bidang penelitian dan mengajak mereka untuk merancang cara dalam mengatasi masalah.
2.      Pendekatan Konstruktivisme
Kontruktivisme merupakan landasan berfikir pendekatan kontekstual. Yaitu bahwa pendekatan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas dan tidak dengan tiba-tiba(Suwarna,2005).
Kelebihan teori konstruktivisme ialah pelajar berpeluang membina pengetahuan secara aktif melalui proses saling pengaruh antara pembelajaran terdahulu dengan pembelajaran terbaru. Pembelajaran terdahulu dikaitkan dengan pembelajaran terbaru. Perkaitan ini dibina sendiri oleh pelajar.
Menurut teori konstruktivisme, konsep-konsep yang dibina pada struktur kognitif seorang akan berkembang dan berubah apabila ia mendapat pengetahuan atau pengalaman baru. Rumelhart dan Norman (1978) menjelaskan seseorang akan dapat membina konsep dalam struktur kognitifnya dengan menghubungkan pengetahuan baru dengan pengetahuan yang sedia ada padanya dan proses ini dikenali sebagai accretion. Selain itu, konsep-konsep yang ada pada seseorang boleh berubah selaras dengan pengalaman baru yang dialaminya dan ini dikenali sebagai penalaan atau tuning. Seseorang juga boleh membina konsep-konsep dalam struktur kognitifnya dengan menggunakan analogi, iaitu berdasarkan pengetahuan yang ada padanya. Menurut Gagne, Yekovich, dan Yekovich (1993) konsep baru juga boleh dibina dengan menggabungkan konsep-konsep yang sedia ada pada seseorang dan ini dikenali sebagai parcing.
Pendekatan konstruktivisme sangat penting dalam proses pembelajaran kerana belajar digalakkan membina konsep sendiri dengan menghubungkaitkan perkara yang dipelajari dengan pengetahuan yang sedia ada pada mereka. Dalam proses ini, pelajar dapat meningkatkan pemahaman mereka tentang sesuatu perkara.
3.      Pendekatan Deduktif – Induktif
a.       Pendekatan Deduktif
Pendekatan deduktif ditandai dengan pemaparan konsep, definisi dan istilah-istilah pada bagian awal pembelajaran. Pendekatan deduktif dilandasi oleh suatu pemikiran bahwa proses pembelajaran akan berlangsung dengan baik bila siswa telah mengetahui wilayah persoalannya dan konsep dasarnya(Suwarna,2005).
b.      Pendekatan Induktif
Ciri uatama pendekatan induktif dalam pengolahan informasi adalah menggunakan data untuk membangun konsep atau untuk memperoleh pengertian. Data yang digunakan mungkin merupakan data primer atau dapat pula berupa kasus-kasus nyata yang terjadi dilingkungan.
Prince dan Felder (2006) menyatakan pembelajaran tradisional adalah pembelajaran dengan pendekatan deduktif, memulai dengan teori-teori dan meningkat ke penerapan teori. Di bidang sain dan teknik dijumpai upaya mencoba pembelajaran dan topik baru yang menyajikan kerangka pengetahuan, menyajikan teori-teori dan rumus dengan sedikit memperhatikan pengetahuan utama mahasiswa, dan kurang atau tidak mengkaitkan dengan pengalaman mereka. Pembelajaran dengan pendekatan deduktif menekankan pada guru mentransfer informasi atau pengetahuan. Bransford (dalam Prince dan Felder, 2006) melakukan penelitian dibidang psikologi dan neurologi. Temuannya adalah: ”All new learning involves transfer of information based on previous learning”, artinya semua pembelajaran baru melibatkan transfer informasi berbasis pembelajaran sebelumnya.
Major (2006) berpendapat bahwa pembelajaran dengan pendekatan induktif efektif untuk mengajarkan konsep atau generalisasi. Pembelajaran diawali dengan memberikan contoh-contoh atau kasus khusus menuju konsep atau generalisasi. Siswa melakukan sejumlah pengamatan yang kemudian membangun dalam suatu konsep atau geralisasi. Siswa tidak harus memiliki pengetahuan utama berupa abstraksi, tetapi sampai pada abstraksi tersebut setelah mengamati dan menganalisis apa yang diamati.
Dalam fase pendekatan induktif-deduktif ini siswa diminta memecahkan soal atau masalah. Kemp (1994: 90) menyatakan ada dua kategori yang dapat dipakai dalam membahas materi pembelajaran yaitu metode induktif dan deduktif. Pada prinsipnya matematika bersifat deduktif. Matematika sebagai “ilmu” hanya diterima pola pikir deduktif. Pola pikir deduktif secara sederhana dapat dikatakan pemikiran “yang berpangkal dari hal yang bersifat umum diterapkan atau diarahkan kepada hal yang bersifat khusus” Soedjadi (2000: 16). Dalam kegiatan memecahkan masalah siswa dapat terlibat berpikir dengan dengan menggunakan pola pikir induktif, pola pikir deduktif, atau keduanya digunakan secara bergantian.
4.      Pendekatan Konsep dan Proses
a.       Pendekatan Konsep
Pembelajaran dengan menggunakan pendekatan konsep berarti siswa dibimbing memahami suatu bahasan melalui pemahaman konsep yang terkandung di dalamnya. Dalam proses pembelajaran tersebut penguasaan konsep dan subkonsep yang menjadi fokus. Dengan beberapa metode siswa dibimbing untuk memahami konsep
b.      Pendekatan Proses
Pada pendekatan proses, tujuan utama pembelajaran adalah mengembangkan kemampuan siswa dalam keterampilan proses seperti mengamati, berhipotesa, merencanakan, menafsirkan, dan mengkomunikasikan. Pendekatan keterampilan proses digunakan dan dikembangkan sejak kurikulum 1984. Penggunaan pendekatan proses menuntut keterlibatan langsung siswa dalam kegiatan belajar.
Dalam pendekatan proses, ada dua hal mendasar yang harus selalu dipegang pada setiap proses yang berlangsung dalam pendidikan. Pertama, proses mengalami. Pendidikan harus sungguh menjadi suatu pengalaman pribadi bagi peserta didik. Dengan proses mengalami, maka pendidikan akan menjadi bagian integral dari diri peserta didik; bukan lagi potongan-potongan pengalaman yang disodorkan untuk diterima, yang sebenarnya bukan miliknya sendiri.
Dengan demikian, pendidikan mengejawantah dalam diri peserta didik dalam
setiap proses pendidikan yang dialaminya
5.      Pendekatan Sains, Tekhnologi dan Masyarakat
National Science Teachers Association (NSTA) (1990 :1)memandang STM sebagai the teaching and learning of science in thecontext of human experience. STM dipandang sebagai proses pembelajaran yang senantiasa sesuai dengan konteks pengalaman manusia. Dalam pendekatan ini siswa diajak untuk meningkatakan
kreativitas, sikap ilmiah, menggunakan konsep dan proses sains dalam kehidupan sehari-hari.Definisi lain tentang STM dikemukakan oleh PENN STATE(2006:1) bahwa STM merupakan an interdisciplinary approach whichreflects the widespread realization that in order to meet the increasingdemands of a technical society, education must integrate acrossdisciplines. Dengan demikian, pembelajaran dengan pendekatan STMharuslah diselenggarakan dengan cara mengintegrasikan berbagaidisiplin (ilmu) dalam rangka memahami berbagai hubungan yangterjadi di antara sains, teknologi dan masyarakat. Hal ini berarti bahwa pemahaman kita terhadap hubungan antara sistem politik, tradisi masyarakat dan bagaimana pengaruh sains dan teknologi terhadap hubungan-hubungan tersebut menjadi bagian yang penting dalampengembangan pembelajaran di era sekarang ini.
Hasil penelitian dari National Science Teacher Association ( NSTA ) ( dalam Poedjiadi, 2000 ) menunjukan bahwa pembelajaran sains dengan menggunakan pendekatan STM mempunyai beberapa perbedaan jika dibandingkan dengan cara biasa. Perbedaan tersebut ada pada aspek : kaitan dan aplikasi bahan pelajaran, kreativitas, sikap, proses, dan konsep pengetahuan. Melalui pendekatan STM ini guru dianggap sebagai fasilitator dan informasi yang diterima siswa akan lebih lama diingat. Sebenarnya dalam pembelajaran dengan menggunakan pendekatan STM ini tercakup juga adanya pemecahan masalah, tetapi masalah itu lebih ditekankan pada masalah yang ditemukan sehari – hari, yang dalam pemecahannya menggunakan langkah – langkah

C. METODE PEMBELAJARAN
Dalam buku “STRATEGI BELAJAR MENGAJAR” karangan “Drs. Syaiful Bahri Djamarah, M.Ag” dan “Drs. Aswan Zain” ada beberapa macam metode mengajar yang dipakai dalam proses belajar mengajar antara lain :
1)    Metode Proyek
Metode proyek atau unit adalah cara penyajian pelajaran yang bertitik tolak dari suatu masalah, kemudian dibahas dari berbagai  segi yang berhubungan sehingga pemecahannya secara keseluruhan dan bermakna.
Kelebihan metode proyek :
a)     Dapat memperluas pemikiran siswa yang berguna dalam menghadapi masalah kehidupan.
b)     Dapat membina siswa dengan kebiasaan menerapkan pengetahuan, sikap, dan keterampilan dalam kehidupan sehari-hari secara terpadu.
c)      Metode ini sesuai dengan prinsip-prinsip didaktik modern yang dalam pengajaran perlu diperhatikan :
1)     Kemampuan individual siswa dan kerja sama dalam kelompok.
2)     Bahan pelajaran tidak terlepas dari kehidupan riil sehari-hari yang penuh dengan masalah.
3)     Pengembangan aktivitas, kreativitas dan pengalaman siswa banyak dilakukan.
4)     Agar teori dan praktik, sekolah dan kehidupan masyarakat menjadi satu kesatuan yang tak terpisahkan.
Kekurangan metode proyek :
a)     Kurikulum yang berlaku di Indonesia saat ini, baik secara vertical maupun horizontal, belum menunjang pelaksanaan metode ini.
b)     Pemilihan topik unit yang tepat sesuai dengan kebutuhan siswa, cukup fasilitas dan sumber-sumber belajar yang diperlukan, bukanlah merupakan pekerjaan yang mudah.
c)      Bahan pelajaran sering menjadi luas sehingga dapat mengaburkan pokok unit yang dibahas.
2.     Metode Eksperimen
Metode eksperimen (percobaan) adalah cara penyajian pelajaran, di mana siswa melakukan percobaan dengan mengalami dan membuktikan sendiri sesuatu yang dipelajari.
Kelebihan metode eksperimen :
a)     Membuat siswa lebih percaya atas kebenaran atau kesimpulanberdasarkan percobaannya.
b)     Dapat membina siswa untuk membuat terobosan-terobosan baru dengan penemuan dari hasil percobaannya dan bermanfaat bagi kehidupan manusia.
c)      Hasil-hasil percobaan yang berharga dapat dimanfaatkan untuk kemakmuran umat manusia.
Kekurangan metode eksperimen :
a)     Metode ini lebih sesuai dengan bidang-bidang sains dan teknologi.
b)     Metode ini memerlukan berbagai fasilitas peralatan dan bahan yang tidak selalu mudah diperoleh dan mahal.
c)      Metode ini menuntut ketelitian, keuletan dan ketabahan.
d)     Setiap percobaan tidak selalu memberikan hasil yang diharapkan karena mungkin ada faktor-faktor tertentu yang berada di luar jangkauan kemampuan atau pengendalian.
3.Metode Tugas dan Resitasi
Metode resitasi (penugasan) adalah metode penyajian bahan di mana guru memberikan tugas tertentu agar siswa melakukan kegiatan belajar.
Kelebihan metode resitasi (penugasan) :
a)     Lebih merangsang siswa dalam melakukan aktivitas belajar individual ataupun kelompok.
b)     Dapat mengembangkan kemandirian siswa di luar pengawasan guru.
c)      Dapat membina tanggung jawab dan disiplin siswa.
d)     Dapat mengembangkan kreativitas siswa.
Kekurangan metode resitasi (penugasan) :
a)     Siswa sulit dikontrol, apakah benar ia yang mengerjakan tugas ataukah orang lain.
b)     Khusus untuk tugas kelompok, tidak jarang yang aktif mengerjakan dan menyelesaikan adalah anggota tertentu saja, sedangkan anggota lainnya tidak berpartisipasi dengan baik.
c)      Tidak mudah memberikan tugas yang sesuai dengan perbedaan individu siswa.
d)     Sering memberikan tugas yang monoton (tidak bervariasi) dapat menimbulkan kebosanan siswa.
4.Metode Diskusi
Metode diskusi adalah cara penyajian pelajaran, di mana siswa-siswa dihadapkan kepada suatu masalah yang bisa berupa pernyataan atau pertanyaan yang bersifat problematic untuk dibahas dan dipecahkan bersama.
Kelebihan metode diskusi :
a)     Merangsang kreativitas anak didk dalam bentuk ide, gagasan prakarsa, dan terobosan baru dalam pemecahan suatu masalah.
b)     Mengembangkan sikap menghargai pendapat orang lain.
c)      Memperluas wawasan.
d)     Membina untuk terbiasa musyawarah untuk mufakat dalam memecahkan suatu masalah.
Kekurangan metode diskusi :
a)     Pembicaraan terkadang menyimpang, sehingga memerlukan waktu yang panjang.
b)     Tidak dapat dipakai pada kelompok yang besar.
c)      Peserta mendapat informasi yang terbatas.
d)     Mungkin dikuasai oleh orang-orang yang suka berbicara atau ingin menonjolkan diri.
5.Metode Sosiodrama
Metode sosiodrama dan role playing dapat dikatakan sama artinya, dan dalam pemakaiannya sering disilihgantikan. Sosiodrama pada dasarnya mendramatisasikan tingkah laku dalam hubungannya dengan masalah social.
Kelebihan metode sosiodrama :
a)     Siswa melatih dirinya untuk melatih, memahami, dan mengingat isi bahan yang akan didramakan.
b)     Siswa akan terlatih untuk berinisiatif dan berkreatif.
c)      akat yang terdapat pada siswa dapat dipupuk sehingga dimungkinkan akan muncul atau tumbuh bibit seni drama dari sekolah.
d)     Kerja sama antarpemain dapat ditumbuhkan dan dibina dengan sebaik-baiknya.
e)     Siswa memperoleh kebiasaan untuk menerima dan membagi tanggung jawab dengan sesamanya.
f)       Bahasa lisan siswa dapat dibina menjadi bahasa yang baik agar mudah dipahami orang lain.
Kekurangan metode sosiodrama :
a)     Sebagian besar anak yang tidak ikut bermain drama mereka menjadi kurang kreatif.
b)     Banyak memakan waktu, baik waktu persiapan dalam rangka pemahan isi bahan pelajaran maupun pada pelaksanaan pertunjukan.
c)      Memerlukan tempat yang cukup luas, jika tempat bermain sempit menjadi kurang bebas.
d)     Sering kelas lain terganggu oleh suara pemain dan para penonton yang kadang-kadang bertepuk tangan, dan sebagainya.
6.Metode Demonstrasi
Metode demonstrasi adalah cara penyajian pelajaran dengan meragakan atau mempertunjukkan kepada siswa suatu proses, situasi, atau benda tertentu yang sedang dipelajari, baik sebenarnya ataupun tiruan, yang sering disertai dengan penjelasan lisan.
Kelebihan metode demonstrasi :
a)     Dapat membuat metode pengajaran menjadi lebih jelas dan lebih konkret, sehingga menghindari verbalisme.
b)     Siswa lebih mudah memahami apa yang dipelajari.
c)      Proses pengajaran lebih menarik.
d)     Siswa dirangsang untuk aktif mengamati, menyesuaikan antara teori dengan kenyataan, dan mencoba melakukannya sendiri.
Kekurangan metode demonstrasi :
a)     Metode ini memerlukan keterampilan guru secara khusus, karena tanpa ditunjangdengan hal itu, pelaksanaan demonstrasi akan tidak efektif.
b)     Fasilitas seperti peralatan, tempat, dan biaya yang memadai tidak selalu tersedia dengan baik.
c)      Demonstrasi memerlukan kesiapan dan perencanaan yang matang di samping memerlukan waktu yang cukup panjang, yang mungkin terpaksa mengambil waktu atau jam pelajaran lain.
7.Metode Problem Solving
Metode problem solving (metode pemecahan masalah) bukan hanya sekadar metode mengajar, tetapi juga merupakan suatu metode berpikir, sebab dalam problem solving dapat menggunakan metode-metode lainnya yang dimulai dengan mencari data sampai kepada menarik kesimpulan.
Kelebihan metode problem solving :
a)     Metode ini dapat membuat pendidikan di sekolah menjadi lebih relevan dengan kehidupan, khususnya dengan dunia kerja.
b)     Proses belajar mengajar melalui pemecahan masalah dapat membiasakan para siswa menghadapi dan memecahkan masalah secara terampil
c)      Metode ini merangsang pengembangan kemampuan berpikir siswa secara kreatif dan menyeluruh.
Kekurangan metode problem solving :
a)     Menentukan suatu masalah yang tingkat kesulitannya sesuai dengan tingkat berpikir siswa, tingkat sekolah dan kelasnya serta pengetahuan dan pengalaman yang telah dimiliki siswa, sangat memerlukan kemampuan dan keterampilan guru.
b)     Proses belajar mengajar dengan menggunakan metode ini sering memerlukan waktu yang cukup banyak dan sering terpaksa mengambil waktu pelajaran lain.
c)      Mengubah kebiasaan siswa belajar dengan mendengarkan dan menerima informasi dari guru menjadi belajar dengan banyak berpikir memecahkan permasalan sendiri atau kelompok, yang kadang-kadang memerlukan berbagai sumber belajar, merupakan kesulitan tersendiri bagi siswa.
8.Metode Karyawisata
Teknik karyawisata adalah cara mengajar yang dilaksanakan dengan mengajar siswa ke suatu tempat atau objek tertentu di luar sekolah untuk mempelajari/menyelidiki sesuatu.
Kelebihan metode karyawisata :
a)     Karyawisata memiliki prinsip pengajaran modern yang memanfaatkan lingkungan nyata dalam pengajaran.
b)     Membuat apa yang dipelajari di sekolah lebih relevan dengan kenyataan dan kebutuhan di masyarakat.
c)      Pengajaran serupa ini dapat lebih merangsang kreativitas siswa.
d)     Informasi sebagai bahan pelajaran lebih luas dan aktual.
Kekurangan metode karyawisata :
a)     Fasilitas yang diperlukan dan biaya yang dipergunakan sulit untuk disediakan oleh siswa atau sekolah.
b)     Sangat memerlukan persiapan atau perencanaan yang matang.
c)      Memerlukan koordinasi dengan guru serta bidang studi lain agar terjadi tumpang tindih waktu dan kegiatan  selama karyawisata.
d)     Dalam karyawisata sering unsure rekreasi menjadi prioritas daripada tujuan utama, sedang unsure studinya menjadi terabaikan.
e)     Sulit mengatur siswa yang banyak dalam perjalanan dan mengarahkan mereka kepada kegiatan studi yang menjadi permasalahan.
9.Metode Tanya Jawab
Metode tanya jawab adalah cara penyajian pelajaran dalam bentuk pertanyaan yang harus dijawab, terutama dari guru kepada siswa, tetapi dapat pula dari siswa kepada guru.
Kelebihan metode tanya jawab :
a)     Pertanyaan dapat menarik dan memusatkan perhatian siswa.
b)     Merangsang siswa untuk melatih dan mengembangkan daya piker, termasuk daya ingatan.
c)      Mengembangkan keberanian dan keterampilan siswa dalam menjawab dan mengemukakan pendapat.
Kekurangan metode tanya jawab :
a)     Siswa merasa takut, apalagi bila guru kurang dapat mendorong siswa untuk berani, dengan menciptakan suasana yang tidak tegang, melainkan akrab.
b)     Tidak mudah membuat pertanyaan yang sesuai dengan tingkat berpikir dan mudah dipahami siswa.
c)      Waktu sering banyak terbuang, terutama apabila siswa tidak dapat menjawab pertanyaan sampai dua atau tiga orang.
d)     Dalam jumlah siswa yang banyak, tidak mungkin cukup waktu untuk memberikan pertanyaan kepada setiap siswa.
10.Metode Latihan
Metode latihandisebut juga metode training, merupakan suatu cara mengajar yang baik untuk menanamkan kebiasaan-kebiasaan tertentu. Juga sebagai sarana untuk memelihara kebiasaan-kebiasaan yang baik.
Kelebihan metode latihan :
a)     Untuk memperoleh kecakapan motorik.
b)     Untuk memperoleh kecakapan mental.
c)      Untuk memperoleh kecakapan dalam bentuk asosiasi yang dibuat.
d)     Pembentukan kebiasaan yang dilakukan dan menambah ketepatan serta kecepatan pelaksanaan.
e)     Pemanfaatan kebiasaan-kebiasaan yang tidak memerlukan konsentrasi dalam pelaksanaannya.
f)       Pembentukan kebiasaan-kebiasaan membuat gerakan-gerakan yang komplek, rumit, menjadi lebih otomatis.
Kekurangan metode latihan :
a)     Menghambat bakat dan inisiatif siswa, karena siswa lebih banyak dibawa kepada penyesuaian dan diarahkan jauh dari pengertian.
b)     Menimbulkan penyesuaian secara statis kepada lingkungan.
c)      Kadang-kadanf latihan yang dilaksanakan secara berulang-ulang merupakan hal yang monoton, mudah membosankan.
d)     Membentuk kebiasaan yang kaku, karena bersifat otomatis.
e)     Dapat menimbulkan verbalisme.
11.Metode Ceramah
Metode ceramah cara penyajian pelajaran yang dilakukan guru  dengan penuturan atau penjelasan lisan secara langsung terhadap siswa.
Kelebihan metode ceramah :
a)     Guru mudah nenguasai kelas.
b)     Mudah mengorganisasikan tempat duduk/kelas.
c)      Dapat diikuti oleh jumlah siswa yang besar.
d)     Mudah mempersiapkan dan melaksanakannya.
e)     Guru mudah menerangkan pelajaran dengan baik.
Ø  Kekurangan metode ceramah :
f)       Mudah menjadi verbalisme (pengertian kata-kata)
g)     Yang visual menjadi rugi, yang auditif (mendengar) yang besar menerimanya.
h)     Bila selalu digunakan dan terlalu lama, membosankan.
i)       Guru menyimpulkan bahwa siswa mengerti dan tertarik pada ceramahnya, ini sukar sekali.
j)       Menyebabkan siswa menjadi pasif.

v    Dalam buku “MENJADI GURU PROFESIONAL” karangan “Dr. E. Mulyasa, M.Pd.”  ada beberapa macam metode mengajar yang dipakai dalam proses belajar mengajar antara lain :
1.      Metode Demonstrasi
Melalui metode demonstrasi guru memperlihatkan suatu proses, peristiwa, atau cara kerja suatu alat kepada peserta didik. Demonstrasi dapat dilakukan dengan berbagai cara, dari yang sekedar memberikan pengetahuan yang sudah diterima begitu saja oleh peserta didik, sampai pada cara agar peserta didik dapat memecahkan suatu masalah.
2.      Metode Inquiri
Inquiri berasal dari bahasa inggris “inquiry”, yang secara harfiah berarti penyelidikan. Carin dan Sund (1975) mengemukakan bahwa inquiry adalah the processof investigating a problem. Adapun piaget mengemukakan bahwa metode inquiri  merupakan metode yang mempersiapkan peserta didik pada situasi untuk melakukan eksperimen sendiri secara luas agar melihat apa yang terjadi, ingin melakukan sesuatu, mengajukan pertanyaan-pertanyaan, dan mencari jawabannya sendiri, serta menghubungkan penemuan yang satu dengan penemuan yang lain, membandingkan apa yang ditemukannya dengan yang ditemukan peserta didik lain.
Sund and Trowbridge (1973) mengemukakan tiga macam metode inquiry sebagai berikut :
Ø  Inquiry terpimpin  ( Guide inquiry )
Ø  Inquiry bebas (  free inquiry )
Ø  Inquiry bebas yang dimodifikasi ( modified free inquiry )
3.      Metode Penemuan
Penemuan ( discovery ) merupakan metode yang lebih menekankan pada pengalaman langsung. Pembelajaran dengan metode penemuan lebih mengutamakan proses daripada hasil belajar.
4.      Metode Eksperimen
Metode eksperimen merupakan suatu bentuk pembelajaran yang melibatkan peserta didik bekerja dengan benda-benda, bahan-bahan dan peralatan laboratorium, baik secara perorangan maupun kelompok.
5.      Metode Pemecahan Masalah
Menurut Gagne (1985), kalau seorang peserta didik dihadapkan pada suatu masalah, pada akhirnya mereka bukan hanya sekadar memecahkan masalah, tetapi juga belajar sesuatu yang baru.
Pemecahan masalah memegang peranan penting baik dalam pelajaran sains maupun dalam banyak disiplin ilmu lainnya, terutama agar pembelajaran berjalan dengan fleksibel.
6.      Metode Karyawisata
Karyawisata merupakan suatu perjalanan atau pesiar yang dilakukan oleh peserta didik untuk memperoleh pengalaman belajar, terutama pengalaman langsung dan merupakan bagian integral dari kurikulum sekolah.
7.      Metode Perolehan Konsep
Belajar konsep merupakan hasil utama pendidikan, konsep-konsep merupakan batu pembangun ( Building Block ) berpikir. Konsep-konsep merupakan dasar bagi proses-proses mental yang lebih tinggi untuk memasukkan prinsip-prinsip dan generalisasi-generalisasi. Oleh karena itu, untuk memecahkan masalah, seorang peserta didik harus mematuhi aturan-aturan antara yang selaras dan aturan-aturan ini didasarkan pada konsp-konsep yang diperolehnya.
   Perolehan konsep menurut Ausubel (1968), diperoleh dengan dua cara, yaitu konsep formasi dan konsep asimilasi. Konsep formasi terutama merupakan bentuk peroleh konsep sebelum peserta didik masuk sekolah. Konsep asimilasi merupakan cara-cara untuk memperoleh konsep selama dan sesudah sekolah.
8.      Metode Penugasan
Metode penugasan cara penyajian bahan pelajaran. Pada metode ini guru memberikan seperangkat tugas yang harus dikerjakan peserta didik, baik secara individual maupun secara kelompok.
9.      Metode Ceramah
Ceramah merupakan metode yang paling umum digunakan dalam pembelajaran. Pada metode ini, guru menyajikan bahan melalui penuturn atau penjelasan lisan secara langsung terhadap peserta didik.
10.  Metode Tanya Jawab
Metode tanya jawab merupakan cara menyajikan bahan ajar dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan yang memerlukan jawaban untuk mencapai tujuan. Pertanyaan-pertanyaan bisa muncul dari guru, bisa juga dari peserta didik, demikian halnya jawaban yang muncul bisa dari guru maupun dari peserta didik.
11.  Metode Diskusi
Diskusi dapat diartikan sebagai percakapan responsive yang dijalin oleh pertanyaan-pertanyaan problematis yang diarahkan untuk memperoleh pemecahan masalah. Hal tersebut sejalan dengan pengertian yang dikemukakan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1988) bahwa diskusi adalah pertemuan ilmiah untuk bertukar pikiran mengenai suatu masalah. Dalam diskusi selalu ada pokok permasalahan yang perlu dipecahkan.


0 komentar:

Posting Komentar