BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pendidikan merupakan
kebutuhan sepanjang hayat. Hal ini termaktub dalam undang-undang Sisdiknas
No.20 Tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional (UU Sisdiknas) pada pasal 4
ayat (2) ditetapkan bahwa “pendidikan diselenggarakan sebagai suatu kesatuan
yang sistemik dengan sistem terbuka dan multimakna” dan dalam ayat (3)
ditetapkan bahwa “pendidikan diselenggarakan sebagai suatu proses pembudayaan
dan pemberdayaan peserta didik yang berlangsung sepanjang hayat”. Pendidikan
mempunyai peranan penting, dengan demikian pendidikan harus betul-betul
diarahkan untuk menghasilkan manusia yang berkualitas dan mampu bersaing, di
samping memiliki budi pekerti yang luhur dan moral yang baik
Menurut Trianto (2010:1) “pendidikan yang mampu menjawab
tujuan nasional adalah pendidikan yang mampu mendukung pembangunan di masa
mendatang, pendidikan yang mampu
mengembangkan potensi peserta didik sehingga yang bersangkutan mampu menghadapi
dan memecahkan problem kehidupan yang dihadapinya dan pendidikan yang mampu
menyentuh potensi nurani maupun kompetensi peserta didik”. Jelas bahwa
pendidikan yang baik adalah pendidikan yang tidak hanya mempersiapkan siswanya
untuk suatu profesi atau jabatan, tetapi hendaknya siswanya dipersiapkan untuk
menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapinya dalam kehidupan sehari-hari.
Terkait dengan hal tersebut kegiatan proses belajar mengajar dikelas seharusnya
menerapkan suatu strategi belajar yang kreatif
dan inovatif sehingga dapat membantu siswa untuk memahami materi ajar dan
aplikasi serta relevansinya dalam kehidupan sehari-hari.
Fisika merupakan salah satu mata pelajaran yang sekarang sudah diujikan
pada tingkat SMP dan SMA. Kebanyakan siswa menganggap fisika adalah mata
pelajaran yang tergolong sulit dibandingkan mata pelajaran lainnya, Keberhasilan
proses pembelajaran pada pelajaran fisika dapat diukur dari keberhasilan siswa
yang mengikuti pembelajaran. Keberhasilan itu dapat dilihat dari tingkat pemahaman,
penguasaan materi serta hasil belajar siswa. Semakin tinggi pemahaman dan
penguasaan materi serta hasil belajar maka semakin tinggi pula tingkat
keberhasilan pembelajaran. Dari beberapa model pembelajaran yang ada, salah satu cara yang dapat digunakan guru untuk
mengaktifkan siswa adalah dengan menggunakan pembelajaran kooperatif (cooperative
learning). Sistem pengajaran Cooperative
Learning dapat didefinisikan sebagai sistem kerja/belajar kelompok yang
terstruktur yang
termasuk di dalam struktur ini adalah lima unsur pokok yaitu saling
ketergantungan positif, tanggung jawab individual, interaksi personal, keahlian
bekerja sama, dan proses kelompok.
Terdapat beberapa variasi dari model pembelajaran
kooperatif. Setidaknya terdapat 4 pendekatan yang seharusnya merupakan
bagian dari kumpulan strategi guru dalam menerapkan model pembelajaran
kooperatif, ini sesuai yang dikemukakan didalam buku Trianto yaitu Student Team Achievement Division (STAD), JIGSAW,
Investigasi Kelompok, Teams Games
Tournaments (TGT), dan Pendekatan Struktural yang meliputi Think Pair Share (TPS), dan Numbered Head Together (NHT) (Trianto,
2010:67).
Think-Pair-Share (TPS) atau berpikir berpasangan berbagi adalah jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang
untuk mempengaruhi pola interaksi siswa.
Dan menurut Herdian (2009) “Pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together
(NHT) merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang menekankan pada
struktur khusus yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa dan
memiliki tujuan untuk meningkatkan penguasaan akademik”.
Berdasarkan uraian umum diatas
maka perlu kiranya dilakukan penelitian yang kita coba tinjau dari berbagai aspek dan untuk penelitian ini ditinjau dari aspek
emosional siswa dengan judul Pengaruh
Model Pembelajaran Kooperatif Tipe
Numbered Head Together (NHT) dan Thinking Pair Share (TPS)
Terhadap Hasil Belajar Siswa Ditinjau Dari Kecerdasan Emosional Siswa.
B. IDENTIFIKASI MASALAH
Dari
pemaparan latar belakang di atas, dapat
digambarkan ada beberapa masalah yang dapat
diidentifikasi, yaitu sebagai berikut :
1. Guru kurang variatif dalam penggunaan
model-model pembelajaran, masih menggunakan model pembelajaran konvensional Teacher Oriented.
2. Kurangnya penguasaan konsep peserta didik dalam memahami
materi fisika disebabkan penggunaan hafalanan untuk menguasai rumus-rumus yang berakibat pada kesulitan dalam
memecahkan masalah-masalah fisika.
3. Hasil belajar siswa masih tergolong rendah.
4. Perkembangan emosional siswa rendah.
C. BATASAN MASALAH
Dari
masalah yang teridentifikasi maka perlu adanya pembatasan masalah, dimaksudkan
agar penelitian dapat lebih terarah dan mencapai sasaran yang diinginkan.
Adapun batasan masalah dalam penelitian ini di bagi dua sebagai berikut :
1. Pembatasan Objek Penelitian
2.
Pembatasan
Subyek Penelitian.
D. BATASAN MASALAH
Untuk
memperoleh hasil yang lebih terfokus, maka peneliti merumuskan masalah dalam
penelitian ini sebagai berikut :
1. Apakah ada pengaruh model pembelajaran
kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) dan tipe Numbered Head
Together (NHT) terhadap
hasil belajar siswa?
2. Apakah ada pengaruh antara siswa yang
memiliki kecerdasan emosional
tinggi dan siswa yang memiliki kecerdasan
emosional rendah terhadap hasil belajar siswa?
3. Apakah ada interaksi antara model
pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) dan tipe Numbered
Head Together (NHT) dengan
kecerdasan emosional siswa
terhadap hasil belajar siswa ?
E. TUJUAN PENELITIAN
Adapun
tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui :
1. Adanya pengaruh model
pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) dan tipe Numbered
Head Together (NHT) terhadap
hasil belajar siswa.
2. Adanya pengaruh antara siswa
yang memiliki kecerdasan emosional
tinggi dan siswa yang memiliki kecerdasan
emosional rendah terhadap hasil belajar siswa.
3. Adanya interaksi antara model
pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) dan tipe Numbered Head Together
(NHT) dengan kecerdasan emosional siswa
terhadap hasil belajar siswa.
F. Manfaat
Penelitian
Dalam penelitian ini diharapkan akan memberi manfaat yang dibagi menjadi :
1.
Manfaat Teoritis
2.
Mamfaat praktis
BAB
II
LANDASAN
TEORI
Anthony Robbins
(dalam Trianto, 2010:15) mendifinisikan
bahwa “belajar sebagai proses menciptakan hubungan antara sesuatu pengetahuan
yang sudah dipahami dan sesuatu (pengetahuan) yang baru”. Ernest R. Hilgard
(dalam Pupuh Fathurrahman, 2009:5) dalam bukuanya Theories Of Learning memberikan difinisi belajar sebagai berikut “Learning is the process by which an activity
originates or is changed through training prosedures (whether in the laboratory
or in the natural environment) as distinguished from changes by factors not
atribut able to training”. Dalam
definisi ini dikatakan bahwa seorang yang belajar kelakuannya akan berubah dari
pada sebelum itu. Jadi, belajar tidak hanya mengenai bidang intelektual, akan
tetapi mengenai seluruh pribadi anak. Perubahan kelakuan karena mabuk bukanlah
hasil belajar.
Dari
difinisi belajar di atas, menunjukkan belajar itu harus dapat membangun suatu
pengetahuan yang dimiliki oleh peserta didik melalui pengalaman yang
terstruktur dalam suatu proses pembelajaran. Hal tersebut akan lebih memberikan
pemahaman dalam diri siswa dan tidak hanya sebatas pemindahan pengetahuan dari
seorang guru kesiswanya. Hal tersebut terjadi karena siswa diarahkan untuk
membangun sendiri pengetahuan mereka dalam pikiran dan emosionalnya.
Pembelajaran Fisika merupakan salah satu dari cabang
IPA yang mempelajari tentang zat dan energi dalam segala bentuk manifestasinya.
Fisika memiliki karakteristik yang tidak berbeda dengan karakteristik IPA pada
umumnya, yaitu merupakan produk yang tak terpisahkan. Ini berarti bahwa dalam
proses kegiatan belajar mengajar fisika agar diperoleh hasil yang optimal,
siswa dalam kegiatan belajar mengajar harus dilibatkan secara fisik dan mental
pada masalah-masalah prediksi, observasi, merencanakan eskperimen sampai pada
melakukan eksperimen agar dapat meningkatkan hasil belajarnya.
Oleh karena
itu, untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran fisika
diperlukan metode pembelajaran yang cocok. Pendekatan apapun yang digunakan
dalam kegiatan belajar mengajar pada mata pelajaran fisika, sudah semestinya
menempatkan siswa sebagai pusat perhatian. Maka ada banyak teori yang baik
untuk mengatasi pembelajaran fisika menurut para ahli salah satunya adalah
pembelajaran kooperatif (Cooperative Learning ).
Menurut Amri dan Ahmadi (2010:90) bahwa “sistem
pengajaran Cooperative Learning dapat
didefinisikan sebagai sistem kerja / belajar kelompok yang terstruktur, dimana
yang termasuk di dalam struktur ini adalah lima unsur pokok yaitu saling
ketergantungan positif, tanggung jawab individual, interaksi personal,
keterampilan interpersonal dan keahlian bekerja sama”.
Pembelajaran
kooperatif tipe Numbered Head Together
(NHT) merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang menekankan pada
struktur-struktur khusus yang dirancang untuk mempengaruhi pola-pola interaksi
siswa dalam memiliki tujuan untuk meningkatkan penguasaan isi akademik. Penerapan
pembelajaran kooperatif tipe Numbered
Head Together (NHT) menurut Trianto (2010:82) adalah “melibatkan lebih
banyak siswa dalam menelaah materi yang tercakup dalam suatu pelajaran dengan
mengecek pemahaman mereka mengenai isi pelajaran tersebut. Sebagai pengganti
pertanyaan langsung kepada seluruh kelas, guru menggunakan empat langkah
sebagai berikut: (a) Penomoran; (b) Pengajuan pertanyaan; (c) Berpikir bersama;
(d) Pemberian jawaban”.
Strategi Think Pair Share (TPS)
ini berkembang dari penelitian belajar kooperatif dan waktu tunggu.
Pertama kali dikembangkan oleh Frang Lyman dan koleganya
di Universitas Maryland sesuai yang dikutip Arends (dalam Trianto, 2010:81),
menyatakan bahwa “Think Pair Share
(TPS) merupakan suatu cara yang efektif untuk membuat variasi suasana
pada diskusi kelas”. Dengan asumsi bahwa semua resitasi atau diskusi membutuhkan pengaturan
untuk mengendalikan kelas secara keseluruhan, prosedur yang digunakan dalam Think Pair
Share (TPS) dapat memberi siswa lebih banyak waktu berpikir, untuk merespon dan saling
membantu. Guru memperkirakan hanya melengkapi penyajian tingkat atau siswa
membaca tugas, atau situasi yang menjadi tanda tanya. Sekarang guru
menginginkan siswa mempertimbangkan lebih banyak apa yang telah dijelaskan dan
dialami.
Hasil belajar adalah pola-pola perbuatan,
nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi, dan keterampilan.
Menurut Bloom (dalam Rasyid dan Mansyur, 2010:50) , menyatakan “hasil belajar
mencakup kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik. Domain kognitif adalah knowledge (pengetahuan, ingatan), comperehension (pemahaman, menjelaskan,
meringkas, contoh), applicationt (menerapkan),
analysis (menguraikan, menentukan
hubungan), syntesis
(mengorganisasikan, merencanakan, membentuk bangunan baru) dan Evaluation (menilai)”.
BAB III
METODE
PENELITIAN
A.
Waktu dan Tempat Penelitian
1.
Waktu Penelitian
2.
Tempat Penelitian
B.
Metode Penelitian
Dalam
penelitian ini, jenis
yang akan peneliti gunakan adalah metode eksperimen.
C.
Populasi dan Sampel
1. Populasi
2. Sampel
D.
Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data ini peneliti coba akan
lakukan dengan cara
1. Identifikasi Variabel
2. Operasional Variabel
3. Instrumen penelitian
E.
Teknik Analisis Data
Analisis data dilakukan untuk mengetahui kebenaran
hipotesis yang diajukan.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Dalam pembahasan nantinya akan dipaparkan
beberapa hal terkait dengan hasil penelitian yang sudah dilakukan, diantaranya
yaitu Deskripsi data,
uji Persyaratan analisis, uji hipotesis dan pembahasan hasil penelitian terkait
pengaruh model Pembelajaran koopratif tipe NHT dan TPS terhadap hasil belajar
siswa yang kemudian ditinjau dari kecerdasan emosional siswa.
BAB V
PENUTUP
a.
Kesimpulan
b.
Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
OUTLINE
PROPOSAL PENELITIAN
“Pengaruh
Model Pembelajaran Kooperatif
Tipe Numbered Head Together (NHT) dan Thinking
Pair Share (TPS) Terhadap Hasil Belajar Siswa Ditinjau Dari Kecerdasan
Emosional Siswa”

Oleh
ABDURROSYID
NPM. 09230002
PROGRAM STUDI
PENDIDIKAN FISIKA
JURUSAN
MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM ( MIPA )
SEKOLAH TINGGI
KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
(STKIP)
HAMZANWADI SELONG
2013
0 komentar:
Posting Komentar